Minggu, 24 Januari 2016

Pengalaman Praktik PKK 1

PENGALAMAN PRAKTEK PKK 1
Pengalam praktek di Rumah Bersalin/Klinik
Pertama kali saya datang ke klinik pada tanggal 20 November 2015 pada hari minggu,saya datang bersama teman-teman yang lainnya kami ditempatkan diklinik dengan 6 orang. Pertama saya datang saya diperkenalkan dengan bidan yang bekerja diklinik tersebut,dikenalkan tempat dan ruangan yang ada dilkinik tujuannya agar saya dan lainnya tahu tempat dan ruangan yang mana saja. Dan diajrkan cara mendaftarkan pasien cek kartu BPJS pasien.
Hari pertama saya dan yang lainnya sudah mendapatkan tugas untuk mengtensi dan timbang berat badan setiap pasien yang datang. Hari kedua ketika saya sedang praktek sift pagi ada ibu hamil datang mengeluh ingin melahirkan,lalu saya ,mengobservasi pasien tersebut setelah 5 jam pasien melakukan persalinan,disitu pertama kalinnya saya melihat persalinan normal. Hari demi hari saya mulai terbiasa dengan kondisi diklinik.
Saya tidak hanya duduk diem menunggu pasien datang tapi disela-sela waktu saya dan teman saya diberikan tugas oleh kaka bidan untuk mengrjakan data pasien,melipat kasa dan membuat kapas alkohol kadang juga bersih-bersih. Diklinik setiap hari hampir banyak pasien yang datang ingin berobat,memeriksa kehamilan,suntuk KB,imunisasi ataupun USG tapi USG hanya ada dihari minggu karena dokter kandungan jadwalnya dihari minggu. Dipraktek ini saya juga mendapatkan sift malam dan setiap saya mendapatkan sift malam ada saja ibu yang datang untuk melahirkan,disitu saya merasa senang karena untuk persalinan ada targetnya,dan saya untuk pertama kalinya dapat menolong persalinan,menurut saya luar biasa sekali rasanya menolong persalinan saya menjadi tahu bagaimana cara menolong persalinan yang benar seperti apa merawat bayi,memberi asuhan pada ibu nifas.
Setiap hari minggu diklinik ada jadwal USG,dan saya mendapatkan tugas untuk melakukan peyuluhan kepada ibu hamil tentang perawatan bayi. Setiap hari minggu kami diberikan jadwal untuk melakukan penyuluhan,Alhamdulillah respon ibu-ibu dengan penyuluhan kami diterima dengan baik. Setiap hari minggu juga kadang saya membantu dokter untuk USG,itu menambah pengetahuan saya. Kalau hari-hari biasa biasanya banyak ibu yang membawa bayi untuk melakukan imunisasi dan ibu yang ingin ber KB.
Setiap 1 minggu sekali diklinik ada hari bersih-bersih,dimana saya dan teman-teman melakukan bersih-bersih diklinik. Hampir 1 bulan saya praktek diklinik dan menurut saya ini memang praktek pertama kali untuk diklinik ada saja target yang belum terpenuhi. Saya senang praktek diklinik ini,karena saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan orang-orangnya pun ramah-ramah mau mengajakan saya,mereka mau berbagi ilmu merekan juga selalu mendampingi kami setiap kami melakukan tindakan.

Untuk pengalaman praktek PKK 1 ini,menurut saya banyak pengalaman yang saya dapatkan karena inipun baru praktek pertama saya dirumah bersalin. Untuk praktek selanjutnya saya berharap mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi.

Jumat, 22 Januari 2016

PENGALAMAN PRAKTEK PKK 1

Pengalam praktek di Rumah Bersalin/Klinik
Pertama kali saya datang ke klinik pada tanggal 20 November 2015 pada hari minggu,saya datang bersama teman-teman yang lainnya kami ditempatkan diklinik dengan 6 orang. Pertama saya datang saya diperkenalkan dengan bidan yang bekerja diklinik tersebut,dikenalkan tempat dan ruangan yang ada dilkinik tujuannya agar saya dan lainnya tahu tempat dan ruangan yang mana saja. Dan diajrkan cara mendaftarkan pasien cek kartu BPJS pasien.
Hari pertama saya dan yang lainnya sudah mendapatkan tugas untuk mengtensi dan timbang berat badan setiap pasien yang datang. Hari kedua ketika saya sedang praktek sift pagi ada ibu hamil datang mengeluh ingin melahirkan,lalu saya ,mengobservasi pasien tersebut setelah 5 jam pasien melakukan persalinan,disitu pertama kalinnya saya melihat persalinan normal. Hari demi hari saya mulai terbiasa dengan kondisi diklinik.
Saya tidak hanya duduk diem menunggu pasien datang tapi disela-sela waktu saya dan teman saya diberikan tugas oleh kaka bidan untuk mengrjakan data pasien,melipat kasa dan membuat kapas alkohol kadang juga bersih-bersih. Diklinik setiap hari hampir banyak pasien yang datang ingin berobat,memeriksa kehamilan,suntuk KB,imunisasi ataupun USG tapi USG hanya ada dihari minggu karena dokter kandungan jadwalnya dihari minggu. Dipraktek ini saya juga mendapatkan sift malam dan setiap saya mendapatkan sift malam ada saja ibu yang datang untuk melahirkan,disitu saya merasa senang karena untuk persalinan ada targetnya,dan saya untuk pertama kalinya dapat menolong persalinan,menurut saya luar biasa sekali rasanya menolong persalinan saya menjadi tahu bagaimana cara menolong persalinan yang benar seperti apa merawat bayi,memberi asuhan pada ibu nifas.
Setiap hari minggu diklinik ada jadwal USG,dan saya mendapatkan tugas untuk melakukan peyuluhan kepada ibu hamil tentang perawatan bayi. Setiap hari minggu kami diberikan jadwal untuk melakukan penyuluhan,Alhamdulillah respon ibu-ibu dengan penyuluhan kami diterima dengan baik. Setiap hari minggu juga kadang saya membantu dokter untuk USG,itu menambah pengetahuan saya. Kalau hari-hari biasa biasanya banyak ibu yang membawa bayi untuk melakukan imunisasi dan ibu yang ingin ber KB.
Setiap 1 minggu sekali diklinik ada hari bersih-bersih,dimana saya dan teman-teman melakukan bersih-bersih diklinik. Hampir 1 bulan saya praktek diklinik dan menurut saya ini memang praktek pertama kali untuk diklinik ada saja target yang belum terpenuhi. Saya senang praktek diklinik ini,karena saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan orang-orangnya pun ramah-ramah mau mengajakan saya,mereka mau berbagi ilmu merekan juga selalu mendampingi kami setiap kami melakukan tindakan.

Untuk pengalaman praktek PKK 1 ini,menurut saya banyak pengalaman yang saya dapatkan karena inipun baru praktek pertama saya dirumah bersalin. Untuk praktek selanjutnya saya berharap mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi.
PENGALAMAN PRAKTEK PKK 1

Pengalam praktek di Rumah Bersalin/Klinik
Pertama kali saya datang ke klinik pada tanggal 20 November 2015 pada hari minggu,saya datang bersama teman-teman yang lainnya kami ditempatkan diklinik dengan 6 orang. Pertama saya datang saya diperkenalkan dengan bidan yang bekerja diklinik tersebut,dikenalkan tempat dan ruangan yang ada dilkinik tujuannya agar saya dan lainnya tahu tempat dan ruangan yang mana saja. Dan diajrkan cara mendaftarkan pasien cek kartu BPJS pasien.
Hari pertama saya dan yang lainnya sudah mendapatkan tugas untuk mengtensi dan timbang berat badan setiap pasien yang datang. Hari kedua ketika saya sedang praktek sift pagi ada ibu hamil datang mengeluh ingin melahirkan,lalu saya ,mengobservasi pasien tersebut setelah 5 jam pasien melakukan persalinan,disitu pertama kalinnya saya melihat persalinan normal. Hari demi hari saya mulai terbiasa dengan kondisi diklinik.
Saya tidak hanya duduk diem menunggu pasien datang tapi disela-sela waktu saya dan teman saya diberikan tugas oleh kaka bidan untuk mengrjakan data pasien,melipat kasa dan membuat kapas alkohol kadang juga bersih-bersih. Diklinik setiap hari hampir banyak pasien yang datang ingin berobat,memeriksa kehamilan,suntuk KB,imunisasi ataupun USG tapi USG hanya ada dihari minggu karena dokter kandungan jadwalnya dihari minggu. Dipraktek ini saya juga mendapatkan sift malam dan setiap saya mendapatkan sift malam ada saja ibu yang datang untuk melahirkan,disitu saya merasa senang karena untuk persalinan ada targetnya,dan saya untuk pertama kalinya dapat menolong persalinan,menurut saya luar biasa sekali rasanya menolong persalinan saya menjadi tahu bagaimana cara menolong persalinan yang benar seperti apa merawat bayi,memberi asuhan pada ibu nifas.
Setiap hari minggu diklinik ada jadwal USG,dan saya mendapatkan tugas untuk melakukan peyuluhan kepada ibu hamil tentang perawatan bayi. Setiap hari minggu kami diberikan jadwal untuk melakukan penyuluhan,Alhamdulillah respon ibu-ibu dengan penyuluhan kami diterima dengan baik. Setiap hari minggu juga kadang saya membantu dokter untuk USG,itu menambah pengetahuan saya. Kalau hari-hari biasa biasanya banyak ibu yang membawa bayi untuk melakukan imunisasi dan ibu yang ingin ber KB.
Setiap 1 minggu sekali diklinik ada hari bersih-bersih,dimana saya dan teman-teman melakukan bersih-bersih diklinik. Hampir 1 bulan saya praktek diklinik dan menurut saya ini memang praktek pertama kali untuk diklinik ada saja target yang belum terpenuhi. Saya senang praktek diklinik ini,karena saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan orang-orangnya pun ramah-ramah mau mengajakan saya,mereka mau berbagi ilmu merekan juga selalu mendampingi kami setiap kami melakukan tindakan.

Untuk pengalaman praktek PKK 1 ini,menurut saya banyak pengalaman yang saya dapatkan karena inipun baru praktek pertama saya dirumah bersalin. Untuk praktek selanjutnya saya berharap mendapatkan ilmu yang lebih banyak lagi.

Senin, 02 November 2015

RUPTUR UTERI                     
I.DEFINISI
Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Manifestasi perdarahan masih merupakan trias penyebab kematian maternal tertinggi, di samping preeklampsi/eklampsi dan infeksi. Angka kematian ibu akibat perdarahan yang disebabkan ruptur uteri berkisar antara 17,9%  sampai 62,6%. Saat persalinan kala I dan awal kala II batas antara segmen bawah rahim dan segmen atas rahim dinamakan lingkaran retraksi fisiologis, jika bagian terbawah tidak mengalami kemajuan akan timbul retraksi patologis (Bandl’s ring). Apabila saat persalinan tetap tidak ada kemajuan maka akan terjadi ruptur uteri dan menyebabkan komplikasi berupa kematian maternal. Simpulan, ruptur uteri masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal dan janin dalam rahim paling tinggi di Indonesia.

Ruptura uteri digolongkan menjadi ruptura uteri lengkap dan ruptura uteri tidak lengkap, tergantung apakah laserasi tersebut berhubungan dengan kavum peritonei (lengkap) atau dipisahkan dari kavum tersebut oleh peritoneum viseralis uterus atau oleh ligamentum kardinale (tidak lengkap). Ruptura uteri yang tidak lengkap bisa berubah menjadi lengkap.

II. ETIOLOGI 
 A. Ruptur jaringan parut uterus
        1. Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
        2. Riwayat kuretase atau perforasi uterus
        3. Trauma abdomen
 B. Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik
 C. Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan
        1. Pematangan serviks ( Misoprostol atau Dinoprostone)
        2. Penggunaan kokain pada masa kehamilan
    D. Faktor-faktor lain
        1. Peregangan uterus yang berlebihan
        2. Neoplasia Trofoblastik Gestasional
        3. Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
   E. Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri
       1. Infus oksitosin dengan dosis berlebihan
       2. Kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit
       3. Kontraksi tetanik selama lebih dari 90 detik

III. KLASIFIKASI RUPTURA UTERI
RUPTURA UTERI TANPA JARINGAN PARUT
Ruptur Spontan
Yang dimaksudkan ialah ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor pokok di sini ialah bahwa persalinan tidak maju karena rintangan, misalnya panggul sempit, hidrosefalus, janin dalam letak lintang, dan sebagainya, sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangan. Pada suatu regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium sehingga  terjadilah ruptura uteri.
             Faktor yang merupakan predisposisi terhadap terjadinya ruptura uteri ialah multiparitas; di sini di tengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih mudah menimbulkan robekan. Banyak juga dilaporkan bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh dukun-dukun memudahkan terjadinya ruptura uteri. Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun itu biasanya melakukan tekanan keras ke bawah terus menerus pada fundus uteri; hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang regang dan mengakibatkan terjadinya ruptura uteri. Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan/atau atas indikasi yang tidak tepat, bisa pula menyebabkan ruptura uteri.
RUPTURA UTERI TRAUMATIK 
            Ruptura uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi ialah ruptura uteri yang dinamakan ruptura uteri violenta. Di sini karena distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptura uteri. Hal ini misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat-syarat untuk tindakan tersebut. Kemungkinan besar yang lain ialah ketika melakukan embriotomi. Berhubungan dengan itu, setelah tindakan-tindakan tersebut di atas dan juga setelah ekstraksi dengan cunam yang sukar, perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi ruptura uteri. Gejala-gejala ruptura uteri violenta tidak berbeda dengan ruptura uteri spontan.
RUPTURA JARINGAN PARUT SEKSIO SESAREA
Pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea, ruptura dapat terjadi di tempat parut luka lama. Banyak studi melaporkan bahwa wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea satu kali dengan insisi low-horizontal, risiko terjadinya ruptura adalah 0.5 sampai 1.%. Wanita dengan riwayat seksio sesarea lebih dari satu  kali memiliki risiko ruptura yang sedikit lebih besar.
Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang telah terjadi sesudah seksio sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptura uteri daripada parut bekas seksio sesarea profunda. Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dapat masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptura uteri pada bekas parut seksio sesaria klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai, sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesaria profunda umumnya terjadi pada waktu persalinan. Ruptura uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan yang mendadak, melainkan lambat laun jaringan di sekitar bekas luka menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptura uteri. Di sini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terdapat ruptura uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di ligamentum latum dan untuk sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.
            Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan    tempat bekas luka. Jika arteri besar terluka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan syok; janin dalam uterus meninggal pula.


IV. MEKANISME TERJADINYA RUPTURA  UTERI

            Mekanisme utama dari ruptura uteri disebabkan oleh peregangan berlebihan dari uterus yang kadang disertai pembentukan cincin retraksi patologis pada ruptura uteri. Bila disproporsi yang terjadi sedemikian besar maka uterus menjadi sangat teregang dan kemudian dapat menyebabkan ruptura. Walaupun jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkeapanjangan. Yang paling sering adalah cincin retraksi patologis.

V.GEJALA RUPTURA UTERI
Gejala Ruptura Uteri Iminens
1.    Partus telah lama berlangsung
2.    Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri di perut.
3.    Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4.    Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
5.    Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam).
6.    His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
7.    Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras, terutama sebelah kiri atau keduanya.
8.    Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
9.    Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan  melintang yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis dan teregang. Sering lingkaran Bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh, untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
10. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan    teregang ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuri.
11. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
12. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai tanda-tanda obstruksi seperti edema porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.


Gambar: ruptur uteri

                                 RUPTUR UTERI    

I.DEFINISI
Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Manifestasi perdarahan masih merupakan trias penyebab kematian maternal tertinggi, di samping preeklampsi/eklampsi dan infeksi. Angka kematian ibu akibat perdarahan yang disebabkan ruptur uteri berkisar antara 17,9%  sampai 62,6%. Saat persalinan kala I dan awal kala II batas antara segmen bawah rahim dan segmen atas rahim dinamakan lingkaran retraksi fisiologis, jika bagian terbawah tidak mengalami kemajuan akan timbul retraksi patologis (Bandl’s ring). Apabila saat persalinan tetap tidak ada kemajuan maka akan terjadi ruptur uteri dan menyebabkan komplikasi berupa kematian maternal. Simpulan, ruptur uteri masih merupakan salah satu penyebab kematian maternal dan janin dalam rahim paling tinggi di Indonesia.

Ruptura uteri digolongkan menjadi ruptura uteri lengkap dan ruptura uteri tidak lengkap, tergantung apakah laserasi tersebut berhubungan dengan kavum peritonei (lengkap) atau dipisahkan dari kavum tersebut oleh peritoneum viseralis uterus atau oleh ligamentum kardinale (tidak lengkap). Ruptura uteri yang tidak lengkap bisa berubah menjadi lengkap.

II. ETIOLOGI 
 A. Ruptur jaringan parut uterus
        1. Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)
        2. Riwayat kuretase atau perforasi uterus
        3. Trauma abdomen
 B. Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik
 C. Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan
        1. Pematangan serviks ( Misoprostol atau Dinoprostone)
        2. Penggunaan kokain pada masa kehamilan
    D. Faktor-faktor lain
        1. Peregangan uterus yang berlebihan
        2. Neoplasia Trofoblastik Gestasional
        3. Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
   E. Penemuan yang tidak berhubungan dengan ruptura uteri
       1. Infus oksitosin dengan dosis berlebihan
       2. Kontraksi 5x atau lebih dalam 10 menit
       3. Kontraksi tetanik selama lebih dari 90 detik

III. KLASIFIKASI RUPTURA UTERI
RUPTURA UTERI TANPA JARINGAN PARUT
Ruptur Spontan
Yang dimaksudkan ialah ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor pokok di sini ialah bahwa persalinan tidak maju karena rintangan, misalnya panggul sempit, hidrosefalus, janin dalam letak lintang, dan sebagainya, sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangan. Pada suatu regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium sehingga  terjadilah ruptura uteri.
             Faktor yang merupakan predisposisi terhadap terjadinya ruptura uteri ialah multiparitas; di sini di tengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih mudah menimbulkan robekan. Banyak juga dilaporkan bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh dukun-dukun memudahkan terjadinya ruptura uteri. Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun itu biasanya melakukan tekanan keras ke bawah terus menerus pada fundus uteri; hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang regang dan mengakibatkan terjadinya ruptura uteri. Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan/atau atas indikasi yang tidak tepat, bisa pula menyebabkan ruptura uteri.
RUPTURA UTERI TRAUMATIK 
            Ruptura uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih sering terjadi ialah ruptura uteri yang dinamakan ruptura uteri violenta. Di sini karena distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptura uteri. Hal ini misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat-syarat untuk tindakan tersebut. Kemungkinan besar yang lain ialah ketika melakukan embriotomi. Berhubungan dengan itu, setelah tindakan-tindakan tersebut di atas dan juga setelah ekstraksi dengan cunam yang sukar, perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi ruptura uteri. Gejala-gejala ruptura uteri violenta tidak berbeda dengan ruptura uteri spontan.
RUPTURA JARINGAN PARUT SEKSIO SESAREA
Pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea, ruptura dapat terjadi di tempat parut luka lama. Banyak studi melaporkan bahwa wanita yang memiliki riwayat seksio sesarea satu kali dengan insisi low-horizontal, risiko terjadinya ruptura adalah 0.5 sampai 1.%. Wanita dengan riwayat seksio sesarea lebih dari satu  kali memiliki risiko ruptura yang sedikit lebih besar.
Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang telah terjadi sesudah seksio sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptura uteri daripada parut bekas seksio sesarea profunda. Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dapat masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptura uteri pada bekas parut seksio sesaria klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai, sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesaria profunda umumnya terjadi pada waktu persalinan. Ruptura uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan yang mendadak, melainkan lambat laun jaringan di sekitar bekas luka menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptura uteri. Di sini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terdapat ruptura uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di ligamentum latum dan untuk sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.
            Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan    tempat bekas luka. Jika arteri besar terluka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan syok; janin dalam uterus meninggal pula.


IV. MEKANISME TERJADINYA RUPTURA  UTERI

            Mekanisme utama dari ruptura uteri disebabkan oleh peregangan berlebihan dari uterus yang kadang disertai pembentukan cincin retraksi patologis pada ruptura uteri. Bila disproporsi yang terjadi sedemikian besar maka uterus menjadi sangat teregang dan kemudian dapat menyebabkan ruptura. Walaupun jarang, dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkeapanjangan. Yang paling sering adalah cincin retraksi patologis.

V.GEJALA RUPTURA UTERI
Gejala Ruptura Uteri Iminens
1.    Partus telah lama berlangsung
2.    Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri di perut.
3.    Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
4.    Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
5.    Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, badan panas (demam).
6.    His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
7.    Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras, terutama sebelah kiri atau keduanya.
8.    Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri kalau ditekan.
9.    Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan  melintang yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis dan teregang. Sering lingkaran Bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh, untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
10. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan    teregang ke atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada hematuri.
11. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).
12. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai tanda-tanda obstruksi seperti edema porsio, vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.

Gambar: ruptur uteri
Description: http://i.ytimg.com/vi/d-07tGuwBdk/hqdefault.jpg

Description: https://biechan.wordpress.com/files/2009/11/sc.jpg?w=300

Senin, 01 Juni 2015

Cerita tentang UAS hari ini

Sebelum saya bercerita saya ingin memperkenalkan diri dulu, nama saya Balqis Nabilah  nim: 006.0101.14 saya kelas A/reguler. Saya akan bercerita tentang UAS hari ini

UAS Hari Ini

UAS hari ini dimulai dengan mata kuliah KDK dan Asuhan Kehamilan, soal ujiannya pun cukup membingungkan,mungkin karena kurang mengahapal pelajarannya. tidak ada bedanya dengan uas sebelumnya. tapi UAS semester ini benar-benar harus banyak mengahapal karena mata kuliahnya kebanyakan teori. Apalagi UAS semester ini diganti dengan ujian praktek,yang membuat saya pusing dan banyak memikirkan bagaimana nanti ujian praktek saya apa lebih baik atau tidak. dan UAS selanjutnya akan dilanjutkan minggu depan tanggal 11 juni. Bagaimanapun hasilnya nanti saya selalu optimis dengan apa yang telah saya lakukan dan semoga nilai saya lebih baik lagi. Amin
Ini cerita saya untuk UAS hari ini.

TERIMAKASIH


Selasa, 26 Mei 2015

Pengalaman di AKBIB BINA HUSADA

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri dulu, nama saya Balqis Nabilah.
sebelum saya kuliah di Akbid bina husada ini saya bersekolah di SMA N 11 Kab.Tangerang jurusan IPA, awalnya saya tidak ingin menjadi bidan tapi karna dorongan orang tua saya ingin saya bersekolah kebidanan. karena ayah saya seorang kesehatan juga jadi ketika saya sudah lulus ada yang melanjutkan tugas ayah saya walaupun beda jurusan ayah saya lulusan perawat. saya tidak merasa terpaksa untuk kuliah dikebidanan ini.
saya memlilih kuliah di Binhus karena biayanya terjangkau tidak terlalu mahal dibandingakan kebidanan yang lain, dosennya pun cukup baik, memberikan materi yang sesuai dan cepat paham. yang saya rasakan selama di binhus menurut saya mungkin fasilitas kampus diperbaiki lagi, untuk kelas dipertambah lagi, dan ruang lab diperluas lagi.Sehinga kampus ini bisa mendapatkan Akreditas yang bagus.
Terimakasih.